Mendidik anak itu sulit-sulit gampang.
Apalagi bagi orang tua yang baru. Yang penting, harus sabar dan kita
mengerti bahwa anak-anak itu akalnya belum seperti orang dewasa. Belum
sempurna. Oleh karena itulah anak-anak di dalam Islam belum dikenai
kewajiban ibadah seperti sholat hingga mereka balligh (puber).
Apalagi saat mereka di usia 2 tahun ke
bawah. Coba perhatikan. Bukan cuma jari-jari mereka yang kecil. Tapi
tangan, kaki, dan kepala mereka. Otaknya pun kecil. Saat di bawah 1
tahun mereka belum bisa berjalan dan bicara. Secara fisik dan akal,
mereka memang masih lemah. Akal mereka tidak sama dengan akal orang
dewasa. Jadi kita tidak bisa memaksa mereka untuk memahami perintah
kita.
Saat anak
saya Irfan mencemplungkan HP saya ke dalam gelas berisi air sehingga
rusak, meski kesal saya tidak marah. Ini karena ibu saya cerita bahwa
saat kecil saya juga mencemplungkan radio ke dalam air. Padahal radio
saat itu juga mahal. Saat Irfan menggunting-gunting daun, saya juga
ingat saat kecil saya “bahagia” sekali saat menggunting-gunting daun.
Jadi kita tidak perlu marah melihat “kenakalan” anak-anak di bawah 5
tahun. Semua balita memang begitu. Tugas kita hanya menasehati mereka
dengan baik.
Dan kita harus paham, dibanding anak-anak
kita yang beratnya paling cuma 10-20 kg, berat kita yang bisa 70 kg
lebih itu ibarat raksasa bagi anak-anak. Pukulan yang menurut kita tidak
sakit, bisa mematikan bagi mereka. Jadi hati-hati dalam memukul anak.
Berapa banyak anak yang tewas akibat orang tua yang jahil dalam memukul
anaknya. Na’udzu billah min dzalik!
Dalam mendidik anak, meski harus tegas
tapi tetap lemah-lembut. Utamakan dialog. Jika pun harus mencegah,
tangkap tangannya sehingga dia tidak bisa melakukan hal yang tidak
diinginkan.
Dalam Islam, orang tua harus memberi nama yang baik kepada anak-anak. Karena nama itu adalah doa.
Seorang datang kepada Nabi Saw dan
bertanya, ” Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” Nabi Saw menjawab,
“Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya
kedudukan yang baik (dalam hatirnu).” (HR. Aththusi).
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Abul
Qasim, Rasulullah saw. bersabda: Berikanlah nama dengan namaku, tetapi
jangan memberikan julukan dengan julukanku. (Shahih Muslim No.3981)
Dari
Ibnu Umar ra, Nabi bersabda: Nama yang paling disukai Allah adalah
Abdullah (Hamba Allah) dan Abdurrahman (Hamba Yang Maha Pengasih) [HR
Muslim]
Hendaknya orang tua juga meng-aqiqahkan
anaknya guna menebus anaknya dengan menyembelih 2 ekor kambing untuk
anak lelaki dan 1 ekor kambing untuk anak perempuan.
Dari Samurah bin Jundab dia berkata :
Rasulullah bersabda : “Semua anak bayi tergadaikan dengan aqiqahnya yang
pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan
dicukur rambutnya.” [HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad]
Dari Aisyah dia berkata : Rasulullah
bersabda : “Bayi laki-laki diaqiqahi dengan dua kambing yang sama dan
bayi perempuan satu kambing.” [HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah]
Orang tua juga harus menanamkan Tauhid
kepada anaknya agar mereka beriman dan hanya menyembah Allah. Bukan
Tuhan lainnya. Kita harus menanamkan 6 rukun Iman dan mengajari anak
kita sehingga mereka bisa sholat dan puasa. Kita harus mengajak anak
kita sholat ketika mereka berusia 7 tahun. Saat umur 10 tahun, kita bisa
memukul mereka (dgn pukulan yang tidak menyakiti seperti di paha) jika
mereka tidak mau sholat.
Ajarkan anak-anak anda mengaji. Sehingga
bisa fasih membaca Al Qur’an. Bisa di sekolah Islam, bisa juga mengikuti
pengajian. Jangan sekolahkan anda di sekolah Kristen. Meski menurut
anda baik, tapi agama/akhirat adalah hal yang utama.
Ini nasehat Luqman kepada anaknya. Beliau
adalah seorang yang saleh yang namanya diabadikan sebagai nama satu
surat di dalam Al Qur’an:
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
“Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kelaliman yang besar”. [Luqman 13]
Ummat Islam tidak boleh menyembah Tuhan selain Allah atau musyrik.
“Dan Kami perintahkan kepada
manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.“ [Luqman 14]
Ibu kita mengandung kita selama 9 bulan.
Beliau juga sampai berdarah-darah dengan resiko kehilangan nyawa ketika
melahirkan kita. Belum lagi mereka harus sabar merasakan rengekan dan
tangisan kita bahkan mungkin pukulan kita ketika masih kecil. Mereka
memberi kita makan, minum, pakaian, pendidikan, dan sebagainya. Sudah
sepantasnya kita berbakti pada mereka.
Tidak Mengikuti Orang Tua dalam Kemaksiatan dan Berbuat Baik kepada Mereka
“Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Luqman 15]
Berbuat Baik Meski Sedikit
Lukman berkata: “Hai anakku,
sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
membalasinya. Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
[Luqman 16]
Mengerjakan Shalat, Menyuruh Kebaikan dan Melarang Kemungkaran, serta Bersabar
Hai anakku, dirikanlah salat dan
suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” [Luqman 17]
Kita juga harus mendidik mereka tentang
akhlaq seperti rendah hati, sabar, menyayangi sesama, sederhana, dsb.
Larang mereka dari sifat sombong, pamer, kikir, dengki, dsb. Yang lebih
baik adalah selain dengan nasehat kata-kata, kita memberi mereka contoh
dengan perbuatan kita. Learning by example!
Sesungguhnya tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan Al-Hakim)
Nabi memerintahkan para orang tua untuk mengajari anak-anaknya berenang dan memanah:
“Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah.” (HR. Ath-Thahawi).
Baca selengkapnya di:
Artinya kita juga harus melatih anak kita agar sehat dan kuat. Tidak sakit-sakitan.
Selain mencintai Allah, RasulNya, dan orang tua kita, kita juga harus menyayangi anak kita:
Hadis riwayat Jarir bin Abdullah
ra. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa tidak menyayangi
manusia, maka Allah tidak akan menyayanginya. (Shahih Muslim No.4283)
Hadis riwayat Abu Hurairah
ra.: Bahwa Aqra` bin Habis pernah melihat Nabi saw. sedang mencium
Hasan. Dia (Aqra` bin Habis) lalu berkata: Sesungguhnya aku mempunyai
sepuluh orang anak namun aku tidak pernah mencium satupun dari mereka.
Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya barang siapa yang tidak
menyayangi maka dia tidak akan disayangi. (Shahih Muslim No.4282)
Baca selengkapnya di:
Jika anak kita lebih dari 1, hendaknya kita berlaku adil. Kita tidak boleh membeda-bedakan mereka.
Cintailah
anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada
mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang
memberi mereka rezeki. (HR. Ath-Thahawi).
Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sama
ratakan pemberianmu kepada anak-anakmu. Jika aku akan mengutamakan yang
satu terhadap yang lain tentu aku akan mengutamakan pemberian kepada
yang perempuan. (HR. Ath-Thabrani)
Kita wajib memberi nafkah bagi istri dan anak-anak kita. Menyediakan mereka pakaian, makanan, pendidikan, dsb:
Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga. (HR. Abu Dawud).
Bukanlah dari golongan kami orang yang diperluas rezekinya oleh Allah lalu kikir dalam menafkahi keluarganya. (HR. Ad-Dailami)